Banyak orang yang belum memahami perbedaan antara penjurubahasaan dan penerjemahan. Seringkali seorang juru bahasa disebut sebagai “penerjemah” atau “penerjemah lisan.” Sebenarnya, apa perbedaan antara “penerjemah” dan “juru bahasa”?
Perbedaan mendasar adalah juru bahasa bekerja dengan menggunakan bahasa lisan, sementara penerjemah bekerja dengan menggunakan bahasa tulisan. Meskipun demikian, baik juru bahasa maupun penerjemah sama-sama menyampaikan pesan dari satu bahasa ke bahasa lain, dan bukan sekadar menerjemahkan setiap kata dari satu bahasa ke bahasa lain. Namun, ada perbedaan besar antara penjurubahasaan dan penerjemahan.
Seorang juru bahasa menggunakan semua unsur linguistik yang ada dan dimilikinya. Pemikiran ataupun pesan pembicara disampaikan kembali dalam bentuk lisan dengan memperhatikan ragam bahasa, ritme dan intonasi, serta retorika dan bahasa tubuh pembicara.
Hal lain yang membedakan penjurubahasaan dengan penerjemahan adalah, penjurubahasaan dilakukan secara langsung, pada saat yang bersamaan (simultan) atau tidak lama setelahnya (konsekutif). Juru bahasa tidak memiliki waktu untuk mencari padanan kata, melihat kamus, ataupun semua fasilitas yang tersedia dan digunakan oleh penerjemah. Perbedaan lainnya adalah dalam hal melakukan pekerjaan itu sendiri. Penerjemah mungkin dapat menerjemahkan sekitar 2.000 – 3.000 kata per hari, sementara juru bahasa harus dapat mendengar, menangkap, memahami, menganalisa dan memproduksi ulang pesan dalam waktu yang sangat singkat dan kecepatan yang sangat tinggi, sekitar 150 kata per menit.
Oleh sebab itu, seorang juru bahasa harus benar-benar mempersiapkan diri sebelum melakukan pekerjaan.
Selain itu, dalam penerjemahan terdapat rentang waktu yang cukup panjang dalam menyampaikan pesan penulis teks asli hingga akhirnya sampai ditangan pembaca, dan produknya nyata, ada, dan dapat disimpan untuk waktu yang sangat lama. Sementara dalam penjurubahasaan komunikasi berlangsung saat itu juga, dan melibatkan interaksi langsung antara pembicara, pendengar dan juru bahasa, dan produknya bersifat sementara, bahkan hanya sesaat. Oleh sebab itu bisa dikatakan bahwa profesi juru bahasa bukanlah profesi yang hanya membutuhkan kemahiran linguistik, tetapi profesi yang menuntut kemahiran dalam berkomunikasi dan menyampaikan informasi.
Dalam memilih penyedia jasa terjemahan, sangat penting untuk memastikan hasil penerjemahan yang berkualitas. Ketika suatu produk akan masuk ke pasar Indonesia, maka akan dibutuhkan jembatan komunikasi yang akan memperlancar proses impor dan ekspor, seperti penawaran produk, spesifikasi produk, surat, kontrak, prosedur operasional standar, dan lain-lain, sehingga hasil terjemahan yang berkualitas akan mendukung kelancaran proses bisnis tersebut. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari, fungsi penerjemahan dan penjurubahasaan di antara lain yaitu Memudahkan dan membantu menerjemahkan bahasa, bisa beradaptasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, menciptakan Peluang lapangan pekerjaan, dan masih banyak lagi.
Sekarang kita akan melihat perkembangan dunia penerjemahan dan penjurubahasaan.
Sebagai penerjemah, AI Penerjemah harus dimiliki oleh penyedia layanan bahasa dan tim pelokalan, sehingga dapat memberikan gambaran ringkas mengenai aplikasi praktis terbaru dari model bahasa besar (LLM) dalam penerjemahan. Model bahasa besar sangat fleksibel. Satu model dapat melakukan tugas yang sama sekali berbeda, seperti menjawab pertanyaan, meringkas dokumen, menerjemahkan bahasa, dan melengkapi kalimat. LLM memiliki potensi untuk mengganggu pembuatan konten serta cara orang menggunakan mesin pencari dan asisten virtual.
Meski tidak sempurna, LLM menunjukkan kemampuan luar biasa untuk membuat prediksi berdasarkan jumlah prompt atau input yang relatif kecil. LLM dapat digunakan oleh AI generatif (kecerdasan buatan) untuk menghasilkan konten berdasarkan prompt input dalam bahasa manusia.
Sedangkan pada bidang penjurubahasaan, pasar terus berubah, lebih cepat daripada sebelumnya. Tren dan faktor-faktor baru – mulai dari munculnya platform penjurubahasaan jarak jauh dan pergeseran global ke acara bisnis online hingga peningkatan layanan kesehatan virtual – menyatu untuk menciptakan pasar yang dinamis dengan banyak sekali peluang bagi penyedia layanan penjurubahasaan dari berbagai skala.
Ada lima jenis penjurubahasaan, yaitu Penjurubahasaan Konsekutif, Penjurubahasaan Simultan, Penjurubahasaan Berbisik, Penjurubahasaan Penglihatan, dan Penjurubahasaan Relay. Semua jenis ini dapat dilakukan baik di lokasi maupun dari jarak jauh.
Transloka Lingua adalah perusahaan bahasa berbadan hukum yang menyediakan jasa bahasa seperti penerjemahan, pelokalan, penyuntingan, uji baca, pembuatan transkripsi, pembuatan takarir, MTPE (Machine Translation Post Editing), konsultasi bahasa, dan beragam jasa bahasa untuk bisnis dan individu. Pasangan bahasa yang kami layani adalah bahasa Inggris-bahasa Indonesia, Indonesia-bahasa Bali, dan beberapa bahasa asing lain. Semua dapat disesuaikan dengan kebutuhan bahasa khusus yang Anda perlukan. Ada pertanyaan? Kami bisa dihubungi di sini.
‘We help you bridge your language gaps.’
Many people do not understand the difference between interpreting and translation. An interpreter is commonly referred to as an “interpreter” or “oral translator”. What exactly is the difference between a “translator” and an “interpreter”?
The basic difference is that interpreters work with spoken language, while translators work with written language. Nevertheless, both interpreters and translators convey messages from one language to another, rather than simply translating every word from one language to another. However, there is a big difference between interpreting and translation.
An interpreter utilizes all the linguistic elements at their disposal. The speaker’s thoughts or messages are conveyed back in oral form by paying attention to language variety, rhythm and intonation, as well as rhetoric and body language.
Another thing that distinguishes interpreting from translation is that interpreting is done directly, at the same time (simultaneous) or shortly after (consecutive). The interpreter does not have time to look up word equivalents, consult a dictionary, or any of the facilities available and used by translators. Another difference is in terms of doing the work itself. A translator may be able to translate around 2,000 – 3,000 words per day, while an interpreter must be able to hear, capture, understand, analyze and reproduce the message in a very short time and at a very high speed, around 150 words per minute.
Therefore, an interpreter must be well-prepared before doing the job.
Furthermore, in translation there is a longtime span in conveying the message of the author of the original text until it finally reaches the reader, and the product is real, existing, and can be stored for a very long time. Meanwhile, in interpreting, communication takes place on the spot, and involves direct interaction between the speaker, listener and interpreter, and the product is temporary, even momentary. Therefore, it can be said that the interpreter profession is not a profession that only requires linguistic proficiency, but a profession that requires proficiency in communicating and conveying information.
While choosing a translation service provider, it is very important to ensure quality translation results. When a product is about to enter the Indonesian market, it will require communication bridges that will smoothen the import and export process, such as product offerings, product specifications, letters, contracts, standard operating procedures, etc. So, quality translation results will support the smoothness of the business process. Simplify and help translate languages, can be able to adapt to the environment, adapts to the times, create job opportunities, and many more.
We will now take a look at the development of the translation and interpretation fields.
As a translator, translation AI is a must-have for language service providers and localization teams, providing a concise snapshot of the latest practical applications of large language models (LLMs) in translation. LLM are very flexible. One model can perform completely different tasks, such as answering questions, summarizing documents, translating language, and completing sentences. LLM has the potential to disrupt content creation as well as the way people use search engines and virtual assistants.
Even though it is not perfect, LLM shows an amazing ability to make predictions based on a relatively small number of prompts or inputs. LLM can be used by generative AI to generate content based on input prompts in human language.
Meanwhile, in the interpretation field, the market is constantly changing, faster than ever before. New trends and drivers – from the emergence of remote interpreting platforms and the global shift to online business events to the rise of virtual healthcare – are converging to create a dynamic market with myriad opportunities for interpreting service providers of all levels.
There are five types of interpreting, those are Consecutive Interpreting, Simultaneous Interpreting, Whispered Interpreting, Sight Interpreting, and Relay Interpreting. All of these types are done both on-site and remotely.
As a legally established language company, Transloka Lingua provides language services including translation, localization, editing, proofreading, transcription, subtitling, MTPE, language consultancy, and various language services for both businesses and individuals. We offer services for English-Indonesian, Indonesian-Balinese, and several other language pairs. They can be tailored to suit your specific language needs. Questions? You can contact us here.
‘We help you bridge your language gaps.’

Leave a reply to Siapa Saja Pengguna Layanan Penjurubahasaan (Interpreting)? – Transloka Lingua Cancel reply